Kontekstualisasi Etnisitas di Perbatasan Aru Maluku

Tulisan singkat ini merupakan hasil wawancara dengan Karel Duganata.  Karel merupakan tokoh muda Aru alumni Fakultas Hukum Universitas Patimura. Wawancara dilaksanakan di lokasi Penginapan Kemah Kawasan. Waktu wawancara dilakukan tepatnya pada hari Selasa tanggal 16 bulan Oktober 2012 pukul 18.00 WIT.

Falsafah Orang Aru adalah “Jarjaban Jartama”. Arti dari falsafah tersebut adalah “Aku peri menimba ilmu diluar, lalu kembali membangun aru”.

Terdapat 17 etnis di Kepulauan Aru. Etnis Aru sendiri dikenal setelah Alferld Walace, seorang peneliti Belanda melakukan penelitian tentang bulu burung. Walace tertarik dengan burung cenderawasih. Bulu cenderawasih konon digunakan raja-raja dari Persia.

Orang Aru juga disebut sebagai Orang Jarjui atau sering dipanggil Orang Jar.

Beberapa etnis yang tinggal di Kepulauan Aru diantaranya; etnis key, etnis tanimbar, etnis ambon, etnis manado, etnis seram, etnis pandawa, etnis buton, etnis bugis, etnis makasar, etnis aceh, etnis tepa, etnis teon nila serwa, etnis ternate tidore, etnis flores, etnis papua, tenis kalimantan, dan etnis cina.

Orang Aru berpandangan bahwa manusia itu saling membutuhkan. Keberadaan satu dengan yang lain turut membangun. Ada keyakinan, bersama, membangun lebih cepat berhasil.

Pada dinamika politik di Aru, orang Aru mendapatkan perlakuan khusus. Posisi untuk Bupati, Wakil Bupati, dan Setda hanya diperuntukkan dari suku asli Aru. Adapun di posisi politik pemerintahan bawahnya untuk etnis lain.

Pemilik tanah Aru namanya Petuanan. Marga Barends adalah marga yang berperan dalam hal  jasa tanah. Semua orang yang akan memiliki tanah di Aru, harus mendapatkan surat ijin dari marga Barends. Setelah mendapatkan surat ijin, kemudian tanah akan dilepaskan. Proses selanjutnya adalah penyelesaikan sertifikat tanah.

Tanah yang berlokasi strategi saat ini dimiliki oleh etnis Cina dan Pemda. Dengan mampu membeli harga tanah yang mahal, etnis Cina memiliki tanah di kepulauan ini. Selain etnis Cina, tanah yang strategis dimiliki oleh Pemda dengan harga relatif murah dengan alasan untuk kepentingan negara.

Dalam kepemilikan tanah, Orang Aru cenderung memiliki tanah yang tidak strategis. Mereka menempati tanah jauh dari pusat keramaian dengan alasan harga tanah relatif terjangkau.

Cara berbusana orang aru menggunakan slepang. Orang Aru laki-laki menggunakan ikat kepala merah. Selanjutnya orang aru perempuan menggunakan manik-manik dikepala dari bulu burung cenderawasih. Adapun sasajen orang Aru terdiri dari buah pinang dan rokok yang dikemas di atas piring.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Kontekstualisasi Etnisitas di Perbatasan Aru Maluku"

Post a Comment